Indonesia
sebagai wilayah kepulauan dengan gugusan pulau besar dan kecil memiliki kondisi
geografis dan hidrometeorologis yang sangat berbeda, unik dan menarik
dibandingkan negara–negara mana pun di dunia. Peristiwa bencana alam, di
beberapa daerah sudah menjadi hal rutin terjadi, seperti bencana banjir saat
musim hujan berlangsung. Banjir merupakan keadaan yang disebabkan air meluap
melebihi kapasitas badan sungai sehingga mengakibatkan daerah di sekitar
terendam. Berbagai faktor dapat memicu atau menyebakan banjir, seperti
intensitas curah hujan tinggi dan pengelolaan sampah yang menumpuk.
Indonesia
memiliki lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil yang 30 % di antaranya
melewati kawasan padat penduduk. Adanya faktor perubahan iklim, tata guna lahan
dan kenaikan permukaan air laut sering meningkatkan risiko kejadian banjir pada
saat musim hujan. Kejadian banjir pada umumnya terjadi di wilayah yang menerima
curah hujan tinggi, yang diperburuk dengan penggundulan hutan atau perubahan
tata guna lahan yang tidak mempertimbangkan daerah resapan air.
Banjir
seringkali melanda kota-kota di Indonesia. Setiap kota memiliki karakteristik
yang berbeda. Setiap kota memiliki karakteristik tersendiri dari segi sejarah,
geografi, bahkan kebudayaan masyarakat, serta kebijakan yang berlaku. Termasuk
pengalaman dalam menangani bencana. Kota-kota memiliki penanganan dan
karakterisitik berbeda dalam penanganan bencana banjir. Setiap kota memiliki
cerita dan pengalaman berbeda dalam pengelolaan banjir.
Latar
belakang ini mendorong tim penulis untuk menyusun pembelajaran dalam penanganan
bencana banjir di tiga kota. Ketiga kota terpilih sebagai bahan pembelajaran
yaitu Jakarta, Surakarta, dan Bandung, yang memiliki karakteristik unik dan
berbeda.
Jakarta merupakan Ibu Kota yang
kerap menjadi daerah langganan banjir dengan dialiri 13 sungai. Bandung yang lahir
dan tumbuh di tepian Sungai Citarum juga menjadi daerah langganan banjir,
sedangkan Surakarta dengan Sungai Bengawan Solo pun mengalami banjir. Ketiga
kota itu memiliki karakteristik banjir berbeda. Oleh karena itu, penanganan
banjir pun memiliki perbedaan yang signifikan. Setiap BPBD daerah memiliki pola
penanganan berbeda di setiap daerah terdampak banjir sehingga hal tersebut
patut di catat sebagai pembelajaran banjir ke depan.
Pembelajaran berfokus pada setiap fase penanggulangan bencana, yaitu fase prabencana, saat bencana, dan pascabencana. Pada ketiga fase tersebut membahas mengenai topik sebagai berikut (1) early warning system (EWS), (2) perencanaan dan pelaksanaan penanganan darurat, (3) kelembagaan penanganan darurat, (4) regulasi penangan darurat dan pendanaan, (5) pengerahan sumber daya penanganan darurat, dan (6) pengelolaan data dan informasi. Topik-topik ini mengacu pada sistem nasional penanggulangan bencana.
Buku pembelajaran banjir dapat didownload di sini
@agbp.2020
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar apapun