COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO dan
ditetapkan Pemerintah sebagai bencana non alam berupa wabah penyakit yang perlu
dilakukan langkah-langkah penanggulangan terpadu, termasuk keterlibatan seluruh
komponen masyarakat.
Kegiatan penanggulangan bencana masih dominan dilakukan pada
tahap tanggap darurat. Persoalan mitigasi, rehabilitasi, dan rekontruksi nampak
belum menjadi prioritas utama dari aktivitas penanggulangan bencana.
Penanggulangan bencana masih mengalami persoalan sana-sini menyangkut
koordinasi, kecepatan pertolongan, kecepatan bantuan, dan kemerataan distribusi
bantuan.
Penganggulangan bencana bukan sekedar aksi tanggap darurat, akan
tetapi meliputi proses mitigasi (prabencana) dan rekontruksi rehabilitasi
(pascabencana). Berbagai lembaga penanggulangan bencana harus memberikan
prioritas yang profesional terhadap penanggulangan bencana tersebut, pada tahap
mitigasi, rekontruksi, dan rehabilitasi yang selama ini masih banyak masyarakat
yang melanggar bahkan tidak menghiraukannya.
Kaitannya dengan proses mitigasi, pemerintah harus
mengoptimalkan peran partisipatif, salah satunya dengan institusi pendidikan
seperti perguruan tinggi. Kerjasama dengan perguruan tinggi dilakukan agar
dapat mendekati dengan teori ilmu pengetahuan yang ada. Sehingga menjadi dasar
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam rangka perencanaan dan
aplikasi penanganan masalah yang lebih baik. Oleh karenanya dalam konteks ini,
partisipasi perguruan tinggi menjadi signifikan.
Peran
yang bisa diambil oleh Perguruan Tinggi
Tiga ranah peran pendidikan tinggi terutama terkait aspek
pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran; riset dan inovasi; serta pengabdian
kepada masyarakat. Dari tiga peran sentral perguruan tinggi tersebut, memang
dalam tataran praktik dan implementasinya terjadi perbedaan antara satu kampus
dan kampus lainnya karena ada banyak faktor pendukung.
Peran dan kontribusi nyata perguruan tinggi yang lebih terkait
langsung dalam penanganan COVID-19 saat ini adalah peran yang kedua dan ketiga,
khususnya terkait dengan riset inovasi dan pengabdian kepada masyarakat. Meski
demikian, peran pertama mengenai pendidikan dan pengajaran juga tak kalah
penting untuk diadaptasi dan dikreasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang
dihadapi.
Sinergi pemerintah dengan seluruh stakeholder kebencanaan juga
bisa diarahkan dalam perumusan strategi dan program pendidikan guna
mengantisipasi bencana, sekaligus membangun program antisipasi dan pendidikan.
Bisa ditindaklanjuti dengan membuat satuan tugas antisipasi dan pendidikan guna
mempercepat dan mengefektifkan implementasi program pendidikan, serta
memperdayakan mesayarakat untuk beradaptasi.
Saat ini realokasi anggaran Kemendikbud tahun
anggaran 2020 sebesar Rp405 miliar ditujukan untuk empat program penanganan
COVID-19. Salah satu di antaranya adalah menggerakkan 15.000 relawan mahasiswa
kesehatan dalam melakukan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
dalam pelayanan kepada masyarakat seperti call center, screening online, dan
konsultasi kesehatan online. Sesuai semangat kebijakan Merdeka Belajar: Kampus
Merdeka, maka keterlibatan mahasiswa sebagai relawan dalam usaha penanganan
COVID-19 dapat dikonversi menjadi SKS.
Kemendikbud, seperti yang dikatakan oleh Plt.
Dirjen Dikti, meminta agar Perguruan Tinggi dapat melakukan upaya kreatif dalam
rangka membantu meringankan beban mahasiswa dalam keterbatasan ekonomi.
Misalnya subsidi pulsa, logistik, mobilisasi alumni menolong adik-adiknya, atau
gotong royong di mana yang mampu menolong yang tidak mampu. Dengan demikian
ciri khas masyarakat Indonesia, yakni semangat gotong-royong justru semakin
kuat saat menghadapi pandemi ini.
Peran perguruan tinggi tidak hanya untuk membantu pencegahan dan
penanganan penyebaran virus saja. Namun, juga untuk mengatasi imbas yang muncul
akibat virus corona jenis baru ini. Mulai dari penelitian terkait kandungan
zat-zat yang bisa menjadi antivirus COVID-19, inovasi APD, menyumbangkan
berbagai peralatan medis dan kesehatan, penyuluhan ke masyarakat hingga program
untuk memperkuat masyarakat dan UMKM yang terdampak.
Para mahasiswa dapat diterjunkan untuk memberikan penyuluhan
secara langsung ke desa-desa. Mereka melakukan sosialisasi terkait upaya
pencegahan COVID-19 dan menghadapi pemudik dari zona merah. Kalangan perguruan
tinggi di Indonesia mempunyai pakar-pakar terbaik dibidangnya yang bisa
berkontribusi terhadap penanggulangan COVID-19. Menurutnya, pakar kesehatan
masyarakat bisa memberikan kontribusi terhadap strategi pencegahan perluasan
wabah, pakar bidang kedokteran bisa menyusun langkah strategis untuk percepatan
penyembuhan pasien positif COVID-19 dan pakar farmasi bisa terlibat dalam
proses pencarian vaksin antivirus COVID-19.
Telah ada salah satu Universitas di Indonesia yang mempunyai
temuan awal kandungan zat yang bisa menjadi antivirus COVID-19. Mereka
menggunakan metode penelitian bioinformatika dan menemukan senyawa dalam jambu
biji, daun kelor dan kulit jeruk bisa menghambat replikasi virus dan penempelan
virus COVID-19 dalam tubuh.
Peran dan kontribusi itu terutama bisa dilihat dari sarana dan
prasarana kampus (baik negeri maupun swasta) yang sudah memiliki fasilitas
rumah sakit (RS) dan fasilitas layanan kesehatan atau sejenisnya. Juga kampus
yang memiliki laboratorium riset inovasi berbasis teknologi yang terkait
pencegahan dan penanganan COVID-19.
Lebih dari itu, umumnya, kampus tersebut juga tergolong berbadan
hukum (PTNBH) bagi yang statusnya dari perguruan tinggi negeri. hasil kerja
keras kolaborasi riset dan inovasi dari semua perguruan tinggi negeri dan
swasta di tanah air dalam capaian penanganan masalah pandemi COVID-19.
Bukan hanya terkait pencegahan persebaran, tetapi juga terkait
riset inovatif untuk vaksin anti COVID-19. Untuk itu, semua pihak perlu ikut
menyuarakan bersama keperluan dan kebutuhan terkait kebijakan optimalisasi
peran kampus bersama pemerintah, industri, RS, dan semua pihak terkait dalam
penanganan COVID-19 secara berkelanjutan.
Terakhir, peran perguruan tinggi dalam aspek layanan pendidikan
dan pembelajaran online perlu juga terus ditingkatkan kuantitas dan
kualitasnya. Dalam era pandemi seperti saat ini, para pimpinan kampus beserta
para dosen diharapkan juga terus membuat desain perkuliahan online yang lebih
mudah, murah, dan cepat serta efektif bagi mahasiswa dan masyarakat.
Penulis : Annisa Survival Hasanah. Mahasiswa Jurusan
Asuransi Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Sumber : https://www.tangerangnews.com/opini/read/32952/Peran-Perguruan-Tinggi-dalam-Menanggulangi-Pandemi-COVID-19
Foto :
1.
https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEjVVa-zBxS18vxhx-d3UKayMympapzzjM7o5nyRd9FCTjL83n6r2SIVoOHIlJARWXVrY1Qc7am-hE4e2qB9Tm9WoVsnCxpPYSyl2rq8wiW9UTno3cd_qOYZMGF5hOBwFSooESNjJfSoeWi1wTzilsjTv4dRDSFAhlflHW9E47FAfDqO9cRD9PPGvZKtVhBgwA=
2.
https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEim4sYe06cSNwIfuZNkOBMcH57gLd8pLZoBmT96cd00kdWzs5RMuTOq2CbLzxUSfWbpt8Icwf2ymYm-qQD7dC6LeHwevC3gWRB7nEVXcVY1I9Kg8RvPO8b-60XrTTvoT5qEp5u3pqAAu0tBlf4SKOrkWEXzzlewOmiPW5vkaDAT3zg=
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar apapun