Entri yang Diunggulkan

PENGALAMAN INDONESIA MENANGANI PANDEMI COVID-19

  Pandemi COVID-19 sudah hampir 1 tahun terjadi dan dihadapi oleh seluruh negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Sebagaimana di negara-ne...

20 Desember 2020

BERTAHAN DAN BERJUANG, CARA JEPANG MENYIKAPI BENCANA

 


Berbicara tentang Jepang kita pasti ingat tentang pengeboman atom kota Hirosima dan kota Nagasaki, ingat tentang ramennya, dan lain-lain. Namun saya akan memberi gagasan pikiran beberapa hal yang saya kagumi dari Jepang, terutama semangatnya. Sepertinya itu lebih relevan dengan kondisi saat ini.

Semangat Gambaru

Orang Jepang mempercayai semangat gambaru adalah bentuk perjuangan mati-matian, berjuang sampai titik penghabisan. Falsafah gambaru sepertinya sudah sangat tertanam di benak mereka. 

Dalam menanamkan semangat gambaru ini Jepang sudah melatih untuk anak-anak mereka sejak usia tiga tahun. Misalnya pada musim dingin, anak-anak tidak diperbolehkan menggunakan kaus kaki saat berangkat ke sekolah.

Hal tersebut diajarkan dengan tujuan agar anak-anak mereka tidak manja, walaupun sebenarnya jika ditilik dari segi kesehatan kaki yang langsung menyentuh sesuatu yang dingin sangat bermanfaat, seperti meningkatkan kualitas tidur, mengurangi peradangan, meningkatkan kesehatan reproduksi, masalah pencernaan dan yang lainnya.

Semangat gambaru dicirikan dengan dua keadaan yaitu keras dan mengencangkan. Dari perpaduan ciri khas gambaru tersebut Jepang tetap mengatasi masalah sesusah apapun, tidak menundanya apalagi melarikan diri dari masalah tersebut. 

Mereka tidak goyah, apalagi manja. mereka memiliki keyakinan menyiapkan diri dan tetap "waras" dalam kondisi apapun.

Tidak heran jika Bangsa Jepang dikenal sangat tahan mengahadapi bencana. Seperti yang kita ketahui bersama, Jepang kerap mengalami bencana. 

Uniknya saat bencana, stasiun televisi mereka tidak menayangkan hal-hal membuat kepanikan masyarakatnya. 

Namun, hanya menayangkan himbauan agar tetap waspada, tips-tips cara menghadapi bencana, mencantumkan nomor telepon call center bencana, pengiriman tim SAR, sikap tenang pemerintah. 

Hal yang berbeda dengan yang kita alami dalam menghadapi bencana. di awal-awal Covid-19 kita tentu masih ingat dengan beberapa reaksi kepanikan masyarakat seperti Panic buying, apatis, egois dan yang lainnya. Memang untuk menghadapi kondisi sulit kadang sisi kebengisan kita lebih besar daripada sisi nurani.



Semangat Bushido

Dalam semangat bushido seorang samurai diharapkan menjalani pelatihan spiritual guna menaklukkan dirinya sendiri. Karena dengan demikian orang baru bisa menaklukan orang lain. Kekuatan timbul dari kekayaan dalam disiplin diri.

Semangat bushido sudah teurun temurun, bagi bangsa Jepang dan masih dipegang teguh oleh masyarakatnya. Dalam kesehariannya orang Jepang bekerja bagai robot, bekerja secara mekanis mulai dari berangkat kerja hingga pulang kerja. Kita akan menjumpai orang yang sama saat jam yang sama. Jika kita menjumpai mawar jam 7 pagi di depan stasiun, keesekokan harinya kita akan menjumpai mawar kembali tepat jam 7 pagi.

Bagi bangsa Jepang proses belajar tak pernah ada kata lelah, selalu melakukan inovasi hingga yang mereka lakukan membuahkan hasil. Jiwa pantang menyerah yang mereka miliki menyandangi status bangsa Jepang dikenal dengan bangsa pekerja keras, pantang menyerah, dan memiliki mental baja. 

Bangsa Jepang bukan bangsa yang mudah menyerah. Terbatasnya sumber daya alam yang mereka miliki, bangsa jepang selalu melakukan pekerjaan sungguh-sungguh, tidak takut bencana, pandai memanfaatkan segala sumber yang ada, serta hemat dan tidak boros.

Semangat Kaizen

Inovatif terus menerus. Perbaikan yang berkesinambungan. Dengan konsep berpikir masalah adalah sesuatu yang berharga. Dengan masalah berarti sedang mengalami kesulitan. Kondisi kesulitan inilah yang akan melahirkan ide-ide cemerlang untuk perbaikan dan penyempurnaan.

Bangsa Jepang selalu berorientasi pada proses, dengan demikian mereka terus melakukan inovasi. Hasil bukan hasil akhir namun sebagai langkah awal untuk tahap berikutnya. 

Selalu melakukan segala sesuatu dengan kreatif, dan produktif. Memiliki daya saing tinggi, kemauan belajar pada mereka juga sangat besar maka tidak mengherankan mereka salah satu negara kecil namun menjadi soroton dunia.

Beberapa semangat bangsa Jepang ini bisa kita ATM (Amati Tiru Modifikasi) terlebih di kondisi pandemik seperti sekarang ini. Kita tetap bisa produktif, tidak menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialami serta terus melakukan inovasi.

Masalah yang sedang kita alami saat kondisi darurat seperti ini alangkah baiknya kita anggap sebagai satu masalah yang berharga, sehingga memaknai wabah Covid-19 akan lebih bijaksana dan tetap "waras". Kalau kata orang-orang "ambil hikmahnya sajalah".

Hikmah pandemik bisa kita maknai sebagai dorongan untuk menjadi diri yang lebih baik. Berani mengambil keputusan yang tepat dan berinisiatif. Berani memanfaatkan peluang dan mampu mengerjakan sesuatu dengan cara yang berbeda, berani dengan situasi baru, pantang menyerah.

Masa pandemik bisa kita jadikan satu pembelajaran untuk mengasah kepekaan dan respek terhadap orang lain. Tidak mementingkan diri sendiri apalagi merebut hak orang lain. Orang-orang Indonesia memang tidak pernah kekurangan orang baik. Kondisi saling bahu membahu mudah-mudahan tetap dipegang teguh.

Adaptasi kebiasaan baru memberi jeda untuk kita terus melakukan perbaikan. Pelajaran berharga selama karantina tidak perlu diulang kembali. Namun sebagai motivasi ke arah yang lebih baik dan terus melakukan perbaikan.

Penulis : Sitis Hasibuan

 

Sumber : https://www.kompasiana.com/sitishasibuan2825/5f44e872097f3641b0135bf2/bertahan-menyikapi-bencana-seperti-jepang?page=1

Foto :

  1. https://www.kompasiana.com/sitishasibuan2825/5f44e872097f3641b0135bf2/bertahan-menyikapi-bencana-seperti-jepang?page=12
  2. https://cdn.beritacenter.com/uploads/content/thumb/new/Kriminal/large-jepang.jpg


0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar apapun