Berbicara tentang Jepang kita pasti ingat
tentang pengeboman atom kota Hirosima dan kota Nagasaki, ingat tentang ramennya,
dan lain-lain. Namun saya akan memberi gagasan pikiran beberapa hal yang saya
kagumi dari Jepang, terutama semangatnya. Sepertinya itu lebih relevan dengan
kondisi saat ini.
Semangat Gambaru
Orang Jepang
mempercayai semangat gambaru adalah bentuk perjuangan mati-matian, berjuang
sampai titik penghabisan. Falsafah gambaru sepertinya sudah sangat tertanam di
benak mereka.
Dalam menanamkan semangat gambaru ini Jepang
sudah melatih untuk anak-anak mereka sejak usia tiga tahun. Misalnya pada musim
dingin, anak-anak tidak diperbolehkan menggunakan kaus kaki saat berangkat ke
sekolah.
Hal tersebut diajarkan dengan tujuan agar
anak-anak mereka tidak manja, walaupun sebenarnya jika ditilik dari segi
kesehatan kaki yang langsung menyentuh sesuatu yang dingin sangat bermanfaat,
seperti meningkatkan kualitas tidur, mengurangi peradangan, meningkatkan
kesehatan reproduksi, masalah pencernaan dan yang lainnya.
Semangat gambaru dicirikan dengan dua
keadaan yaitu keras dan mengencangkan. Dari perpaduan ciri khas gambaru
tersebut Jepang tetap mengatasi masalah sesusah apapun, tidak menundanya
apalagi melarikan diri dari masalah tersebut.
Mereka tidak goyah, apalagi manja.
mereka memiliki keyakinan menyiapkan diri dan tetap "waras" dalam
kondisi apapun.
Tidak heran jika Bangsa Jepang dikenal
sangat tahan mengahadapi bencana. Seperti yang kita ketahui bersama, Jepang
kerap mengalami bencana.
Uniknya saat bencana, stasiun televisi
mereka tidak menayangkan hal-hal membuat kepanikan masyarakatnya.
Namun, hanya menayangkan himbauan agar tetap
waspada, tips-tips cara menghadapi bencana, mencantumkan nomor telepon call
center bencana, pengiriman tim SAR, sikap tenang pemerintah.
Hal yang berbeda dengan yang kita alami
dalam menghadapi bencana. di awal-awal Covid-19 kita tentu masih ingat dengan
beberapa reaksi kepanikan masyarakat seperti Panic buying, apatis,
egois dan yang lainnya. Memang untuk menghadapi kondisi sulit kadang sisi
kebengisan kita lebih besar daripada sisi nurani.
Semangat Bushido
Dalam
semangat bushido seorang samurai diharapkan menjalani pelatihan spiritual guna
menaklukkan dirinya sendiri. Karena dengan demikian orang baru bisa menaklukan
orang lain. Kekuatan timbul dari kekayaan dalam disiplin diri.
Semangat bushido sudah teurun temurun, bagi
bangsa Jepang dan masih dipegang teguh oleh masyarakatnya. Dalam kesehariannya
orang Jepang bekerja bagai robot, bekerja secara mekanis mulai dari berangkat
kerja hingga pulang kerja. Kita akan menjumpai orang yang sama saat jam yang
sama. Jika kita menjumpai mawar jam 7 pagi di depan stasiun, keesekokan harinya
kita akan menjumpai mawar kembali tepat jam 7 pagi.
Bagi bangsa Jepang proses belajar tak pernah
ada kata lelah, selalu melakukan inovasi hingga yang mereka lakukan membuahkan
hasil. Jiwa pantang menyerah yang mereka miliki menyandangi status bangsa
Jepang dikenal dengan bangsa pekerja keras, pantang menyerah, dan memiliki mental
baja.
Bangsa Jepang bukan bangsa yang mudah menyerah. Terbatasnya sumber daya alam yang mereka miliki, bangsa jepang selalu melakukan pekerjaan sungguh-sungguh, tidak takut bencana, pandai memanfaatkan segala sumber yang ada, serta hemat dan tidak boros.
Semangat Kaizen
Inovatif
terus menerus. Perbaikan yang berkesinambungan. Dengan konsep berpikir masalah
adalah sesuatu yang berharga. Dengan masalah berarti sedang mengalami
kesulitan. Kondisi kesulitan inilah yang akan melahirkan ide-ide cemerlang
untuk perbaikan dan penyempurnaan.
Bangsa Jepang selalu berorientasi pada
proses, dengan demikian mereka terus melakukan inovasi. Hasil bukan hasil akhir
namun sebagai langkah awal untuk tahap berikutnya.
Selalu melakukan segala sesuatu dengan
kreatif, dan produktif. Memiliki daya saing tinggi, kemauan belajar pada mereka
juga sangat besar maka tidak mengherankan mereka salah satu negara kecil namun
menjadi soroton dunia.
Beberapa semangat bangsa Jepang ini bisa
kita ATM (Amati Tiru Modifikasi) terlebih di kondisi pandemik seperti sekarang
ini. Kita tetap bisa produktif, tidak menyalahkan orang lain atas kesusahan
yang dialami serta terus melakukan inovasi.
Masalah yang sedang kita alami saat kondisi
darurat seperti ini alangkah baiknya kita anggap sebagai satu masalah yang
berharga, sehingga memaknai wabah Covid-19 akan lebih bijaksana dan tetap
"waras". Kalau kata orang-orang "ambil hikmahnya sajalah".
Hikmah pandemik bisa kita maknai sebagai
dorongan untuk menjadi diri yang lebih baik. Berani mengambil keputusan yang
tepat dan berinisiatif. Berani memanfaatkan peluang dan mampu mengerjakan
sesuatu dengan cara yang berbeda, berani dengan situasi baru, pantang menyerah.
Masa pandemik bisa kita jadikan satu
pembelajaran untuk mengasah kepekaan dan respek terhadap orang lain. Tidak
mementingkan diri sendiri apalagi merebut hak orang lain. Orang-orang Indonesia
memang tidak pernah kekurangan orang baik. Kondisi saling bahu membahu
mudah-mudahan tetap dipegang teguh.
Adaptasi kebiasaan baru memberi jeda untuk
kita terus melakukan perbaikan. Pelajaran berharga selama karantina tidak perlu
diulang kembali. Namun sebagai motivasi ke arah yang lebih baik dan terus
melakukan perbaikan.
Penulis : Sitis Hasibuan
Sumber : https://www.kompasiana.com/sitishasibuan2825/5f44e872097f3641b0135bf2/bertahan-menyikapi-bencana-seperti-jepang?page=1
Foto :
- https://www.kompasiana.com/sitishasibuan2825/5f44e872097f3641b0135bf2/bertahan-menyikapi-bencana-seperti-jepang?page=12
- https://cdn.beritacenter.com/uploads/content/thumb/new/Kriminal/large-jepang.jpg
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar apapun