Indonesia dengan sejuta keindahan alamnya
ternyata menyimpan potensi bencana yang cukup bahaya. Apa saja potensi bencana
di Indonesia dan mengapa Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana? Tahukah
kamu bahwa Indonesia terletak pada zona Ring of Fire, yaitu zona lingkar api
yang menjadikan Indonesia banyak didapati gunung api aktif. Selain karena
dilalui zona Ring of Fire, lempeng-lempeng Indonesia aktif begerak terutama
pada zona subduksi (pertemuan lempeng) sehingga mengakibatkan Indonesia sering
terjadi gempa bumi. Selain itu, masih banyak lagi potensi bencana yang sering
terjadi di Indonesia seperti kebakaran, puting beliung, banjir, tanah longsor,
dan sebagainya.
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi DIY yang sebagian daerahnya memiliki topografi berupa
bukit-bukit karst. Berdasarkan wawancara bersama Ketua Badan Penanggulangan dan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul, potensi bencana alam yang terjadi di
kabupaten ini diantaranya banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran,
tsunami, dan gempa bumi. Potensi bencana tsunami dapat terlindungi dari
bukit-bukit karst yang berperan sebagai penghadang dan spons penyerap air baik
air hujan maupun air laut ketika potensi tsunami itu terjadi.
Edukasi bencana perlu dilakukan sejak dini, karena anak-anak selalu
menjadi korban terbesar dari suatu bencana. Sehingga pengetahuan tentang mitigasi bencana untuk anak- anak
dianggap sangat perlu sehingga anak- anak tidak selalu menjadi korban terbesar
dari bencana tetapi menjadi bagian dari penanggulangan bencana, dapat membantu
orang tuanya untuk menghadapi bencana dan membantu setelah terjadi bencana.
Kegiatan sosialisasi dan simulasi bencana
alam untuk anak-anak ini dilaksanakan di Balai Padukuhan Trimulyo 1, Kalurahan
Kepek, Kapanewon Wonosari. Letak Padukuhan Trimulyo 1 relatif mudah dijangkau
sehingga dipilih sebagai lokasi pelaksanaan PPM. Jumlah anak-anak yang hadir
sebanyak 27 peserta, yaitu 15 peserta jenjang TK -- 2 SD, 7 peserta jenjang
kelas 3 -- 4 SD, dan 5 peserta jenjang kelas 5 -6 SD.
Pada awal pelaksanaan kegiatan, anak-anak
diajak untuk berdialog secara interaktif dengan tujuan mengetahui gambaran awal
dan kesiapan peserta. Pada akhir kegiatan kembali dilakukan diskusi untuk
mengetahui perbedaan antara sebelum dan sesudah sosialisasi dan simulasi. Hasil
diskusi dan evaluasi pada akhir kegiatan menunjukkan bahwa anak-anak memahami
materi. Pada awal kegiatan masih terdapat perbedaan persepsi tentang materi
kebencanaan dan mitigasinya.. Dalam kegiatan PPM ini anak-anak diarahkan untuk
dapat menguasai potensi bencana di daerahnya dan mitigasi bencana yang harus
dilakukan.
Hasil kegiatan menunjukkan adanya tanggapan
positif dari anak-anak yang nampak pada antusiasme tinggi selama mengikuti
kegiatan sosialisasi dan simulasi bencana alam ini. Pada saat kegiatan
simulasi, peserta hanya sedikit kurang teratur mengingat harus tetap menjaga
protokol kesehatan Covid-19, sehingga perlu adanya pendampingan dari awal
sampai akhir.
Dalam melakukan evaluasi peserta, anak-anak
dibagi tiap jenjang yaitu TK -- kelas 2 SD, kelas 3 dan 4 SD, serta kelas 5 dan
6 SD. Soal yang diajukan juga berbeda-beda sesuai dengan jenjang kelompok
kelas. Adapun pengerjaan soal dilakukan secara berkelompok dan boleh berdiskusi
sesuai kelompok jenjangnya. Hasil evaluasi kelompok jenjang TK -- kelas 2 SD
mendapat nilai 100 poin, kelompok jenjang kelas 3 -- 4 SD mendapat nilai 80
poin, dan kelompok jenjang kelas 5 -- 6 SD mendapat nilai 100 poin. Namun demikian,
nilai ini bukan menjadi acuan mutlak, yang terpenting adalah aplikasi
praktiknya ketika terjadi bencana. Simulasi yang dilakukan yaitu bencana gempa
bumi, hasilnya anak-anak mampu dan tahu apa yang harus dilakukan ketika terjadi
bencana gempa bumi. Adapun bencana alam yang lain belum disimulasikan karena
keterbatasan alat peraga dan tempat, sehingga baru sekadar materi yang
tersampaikan.
Dari kegiatan sosialisasi dan simulasi
bencana untuk anak-anak ini diharapkan anak-anak teredukasi sejak dini mengenai
mitigasi bencana dan mampu menjadi pahlawan bencana. Kegiatan ini dapat juga
dilakukan di rumah masing-masing dengan mengajarkan pada anak tentang
pentingnya mitigasi bencana dan cara penanggualannya. Dengan demikian, tercipta
masyarakat yang tanggap bencana untuk mengurangi risiko bencana.
Penulis : Anis Safitri
Sumber & Foto: https://www.kompasiana.com/anissafitri6762/5fc41812d541df57e40dfc86/pentingnya-edukasi-mitigasi-bencana-dikenalkan-sejak-dini
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar apapun